Hai Sobat Cuan! Udah denger kabar tentang kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang bakal jadi 12%? Yap, mulai 1 Januari 2025, pemerintah bakal menaikkan tarif Pajak tersebut dari yang tadinya 11% menjadi 12%. Kenaikan ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Pasti banyak dari Sobat yang bertanya-tanya, barang apa aja sih yang bakal kena dampak dari kenaikan ini? Atau ada juga yang penasaran, apa barang atau jasa tertentu bakal dikecualikan dari kenaikan ini?
Nah, biar lebih jelas, yuk kita kupas satu per satu soal barang dan jasa yang bakal kena pajak, dan barang apa aja yang nggak kena Pajak PPN.
Sobat, PPN atau Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa di dalam negeri. Jadi, tiap kali kita beli barang atau pakai jasa, sebagian dari harga yang kita bayarkan itu adalah Pajak tersebut. Nah, mulai dari tahun 2025, Sobat akan merasakan sedikit kenaikan harga karena tarif Pajak tersebut bakal naik jadi 12%. Kenaikan ini memang bukan pertama kali, karena sebelumnya Pajak tersebut juga naik dari 10% jadi 11% pada April 2022.
Tujuan utama dari kenaikan ini adalah untuk menambah pemasukan negara. Dan tentu aja, Sobat perlu siap-siap nih buat perubahan harga yang bakal terasa di beberapa sektor. Tapi, tenang, nggak semua barang dan jasa bakal kena Pajak tersebut kok. Ada beberapa pengecualian yang udah diatur dalam undang-undang. Kita bakal bahas lebih lanjut di bawah!
Pertama-tama, kita ngomongin dulu nih barang dan jasa yang nggak kena Pajak tersebut. Menurut Pasal 4A UU HPP, ada beberapa kelompok barang dan jasa yang dibebaskan dari Pajak tersebut, alias nggak bakal terpengaruh kenaikan 12% ini.
Nah, setelah kita bahas barang dan jasa yang bebas dari Pajak, sekarang kita lihat daftar barang dan jasa yang bakal kena PPN 12% di 2025. Mengacu pada UU Nomor 42 Tahun 2009, berikut adalah jenis barang dan jasa yang dikenakan Pajak:
Jadi, misalnya Sobat beli baju, sepatu, atau produk kecantikan, Sobat perlu siap-siap buat kena PPN 12% mulai tahun depan. Begitu juga kalau Sobat langganan layanan streaming kayak Netflix atau Spotify, bakal ada tambahan biaya karena layanan ini juga dikenakan Pajak.
Kenaikan Pajak tersebut dari sebelumnya 11% ke 12% tentu bakal terasa buat sebagian konsumen. Bayangin aja, setiap barang atau jasa yang Sobat beli harganya bakal sedikit naik karena tambahan Pajak. Misalnya, kalau Sobat beli produk elektronik seharga Rp1 juta, dengan PPN 11%, Sobat bakal bayar Rp1,110,000. Tapi dengan Pajak tersebut menjadi 12%, harganya jadi Rp1,120,000. Meskipun perbedaannya cuma sedikit, tapi kalau dikalikan dengan banyak pembelian, tentu bakal terasa.
Selain itu, sektor bisnis juga bakal ikut terpengaruh. Pengusaha harus menyesuaikan harga jual mereka untuk mengimbangi kenaikan Pajak. Meskipun Pajak ini ditanggung oleh konsumen, pengusaha perlu melakukan perubahan dalam sistem penagihan dan administrasi pajak mereka.
Sebagai konsumen, Sobat bisa melakukan beberapa hal untuk menghadapi kenaikan Pajak tersebut. Pertama, Sobat bisa mulai lebih cermat dalam mengatur pengeluaran. Prioritaskan kebutuhan dan alokasikan dana dengan bijak. Kedua, Sobat bisa memanfaatkan promo atau diskon dari penjual untuk mengimbangi kenaikan harga akibat Pajak tersebut. Banyak toko yang biasanya memberikan diskon besar menjelang akhir tahun, jadi manfaatkan kesempatan ini!
Selain itu, penting buat Sobat untuk lebih memahami mana barang yang kena Pajak tersebut dan mana yang nggak. Dengan begitu, Sobat bisa lebih bijak dalam berbelanja dan nggak kaget dengan perubahan harga yang terjadi.
Kenaikan PPN menjadi 12% di tahun 2025 mungkin bikin Sobat Cuan merasa ada beban tambahan saat belanja barang atau jasa. Tapi, dengan pemahaman yang lebih baik tentang apa aja barang dan jasa yang kena atau nggak kena Pajak, Sobat bisa lebih siap dalam menghadapi perubahan ini. Ingat, tujuan dari kenaikan Pajak ini adalah untuk meningkatkan pemasukan negara yang nantinya bisa digunakan buat pembangunan nasional dan layanan publik.
Jadi, jangan terlalu khawatir, Sobat! Selama kita bisa mengatur pengeluaran dengan bijak dan memahami peraturan pajak yang berlaku, kenaikan Pajak tersebut bisa dikatan nggak akan terlalu membebani. Selalu cek lagi harga barang sebelum membeli, dan manfaatkan berbagai diskon yang ada. Siap menyongsong 2025 dengan penuh perencanaan keuangan yang lebih baik? Yuk, atur keuangan Sobat dengan lebih cermat dengan moota mulai sekarang!
Pernah nggak sih, kamu kepikiran lebih efektif mana, jualan lewat marketplace atau bikin website sendiri? Ini pertanyaan klasik yang pasti sering muncul di benak para pebisnis online, terutama yang baru mau mulai. Nah, di artikel ini, kita bakal ngobrol santai tapi tetap profesional soal perbandingan antara marketplace dan website pribadi. Simak terus, ya!
Sebelum kita bahas lebih jauh, yuk kita pahami dulu apa itu marketplace dan website pribadi.
Marketplace adalah platform online seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan lainnya. Di sini, penjual bisa langsung bertemu pembeli dalam satu tempat yang sama. Sedangkan website pribadi adalah situs yang kamu bangun sendiri, baik untuk keperluan pribadi atau bisnis. Biasanya, website ini dirancang khusus untuk menunjukkan identitas brand dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan bisnis kamu.
Keduanya sama-sama penting dalam dunia bisnis online. Tapi, masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri, loh! Jadi, pilihan platform mana yang lebih cocok buat kamu tergantung pada strategi dan kebutuhan bisnis.
Kita mulai dulu dari marketplace. Ada beberapa keuntungan utama yang bikin banyak pebisnis online tertarik menggunakan marketplace, terutama buat yang baru mulai.
Tapi, di balik semua keuntungan tersebut, ada beberapa kekurangan yang perlu kamu pertimbangkan juga:
Sekarang kita bahas website pribadi. Punya website sendiri tentu saja memberikan lebih banyak kendali dan fleksibilitas, tapi ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan.
Tapi, tetap ada kekurangan yang perlu diperhatikan:
Nah, setelah mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing, mungkin kamu masih bingung: mana yang lebih efektif? Jawabannya tergantung pada situasi dan tujuan bisnismu.
Marketplace dan website pribadi sama-sama punya peran penting dalam bisnis online. Keduanya menawarkan kelebihan dan kekurangan yang harus dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan bisnismu. Marketplace cocok untuk kamu yang ingin cepat menjual dengan biaya rendah, sementara website pribadi lebih pas untuk membangun brand jangka panjang.
Pilihan antara platform online dan situs pribadi tergantung pada kebutuhan bisnis Anda. Jika Anda baru memulai dan memiliki anggaran yang terbatas, platform online bisa menjadi pilihan yang baik. Namun, jika Anda ingin membangun brand dan bersedia menginvestasikan waktu dan uang untuk pemasaran, memiliki situs pribadi bisa menjadi pilihan yang lebih baik.
Sebagai catatan, moota.co bisa menjadi alat yang membantu Sobat Cuan dalam melakukan cek transaksi otomatis khususnya untuk transaksi via bank transfer. Dengan moota.co, Sobat bisa lebih fokus dalam mengembangkan bisnisnya.
Kalau kita ngobrolin soal bisnis di Indonesia, pasti nggak asing dengan istilah UKM dan UMKM, kan? Tapi pernah nggak, Sobat kepikiran apa bedanya antara UKM dan UMKM? Banyak orang mungkin masih bingung, padahal keduanya punya peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, lho. Di artikel ini, kita bakal bahas tuntas tentang perbedaan UKM dan UMKM, mulai dari definisi, kriteria, hingga pengaruh keduanya terhadap perekonomian negara kita.
Jadi, yuk, simak pembahasan ini sampai habis, siapa tahu bisa jadi inspirasi buat Sobat yang mau memulai usaha UMKM dengan modal kecil. Dan jangan lupa, teknologi seperti Moota juga bisa bantu kelola keuangan bisnis kamu agar lebih terkontrol!
UKM, atau Usaha Kecil dan Menengah, merupakan jenis usaha yang berada di skala kecil hingga menengah. Biasanya, UKM ini dimiliki oleh individu atau kelompok kecil yang menjalankan bisnis dengan modal terbatas dan tenaga kerja yang sedikit. UKM sering kita jumpai dalam bentuk toko-toko kelontong, usaha rumahan, warung makan, dan sejenisnya. Meski skala usahanya tidak sebesar perusahaan besar, UKM memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian, terutama dalam menciptakan lapangan kerja.
Kita bisa melihat contoh UKM di sekitar kita seperti penjual keripik, pemilik kios kecil, atau penjahit rumahan. Menariknya, meskipun usahanya kecil, UKM tetap punya peluang berkembang menjadi lebih besar jika dikelola dengan baik.
Sementara itu, UMKM merupakan singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Dari namanya saja, kita bisa melihat ada tambahan “mikro” di depan UKM. Nah, di sinilah salah satu perbedaan utamanya. UMKM mencakup usaha mikro yang lebih kecil dari usaha kecil. Misalnya, seorang pedagang kaki lima atau penjual gorengan di pinggir jalan termasuk dalam kategori usaha mikro.
UMKM sendiri memiliki tiga kategori, yaitu usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Usaha mikro biasanya dijalankan dengan modal yang sangat minim, dan sering kali tidak memiliki tenaga kerja. Sementara itu, usaha kecil dan menengah memiliki modal yang lebih besar dibandingkan usaha mikro, dan biasanya sudah mempekerjakan beberapa karyawan.
Sekarang, setelah kita paham apa itu UKM dan UMKM, mari kita bahas perbedaan spesifik antara keduanya. Meskipun keduanya sering kali dianggap sama, ada beberapa poin utama yang membedakan UKM dan UMKM. Yuk, kita bahas satu per satu.
Salah satu perbedaan terbesar antara UKM dan UMKM terletak pada kriteria modal dan pendapatan yang digunakan untuk mengklasifikasikan usaha tersebut. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, berikut adalah batasan modal dan pendapatan untuk masing-masing kategori:
Dari sini, bisa dilihat kalau UKM biasanya berada di kategori usaha kecil hingga menengah, sedangkan UMKM mencakup usaha mikro, kecil, dan menengah.
Dari segi skala usaha, UMKM mencakup lebih banyak kategori, mulai dari usaha mikro hingga usaha menengah. Usaha mikro biasanya sangat kecil, seperti pedagang keliling atau usaha rumahan yang modalnya minim. Sedangkan UKM lebih sering merujuk pada usaha kecil dan menengah yang sudah memiliki struktur bisnis yang lebih stabil.
Contohnya, seorang penjual nasi goreng keliling bisa dikategorikan sebagai usaha mikro (UMKM), sementara pemilik restoran kecil mungkin lebih cocok masuk dalam kategori UKM.
Perbedaan lain yang bisa dilihat adalah jumlah tenaga kerja. UMKM, terutama yang termasuk usaha mikro, biasanya dijalankan oleh satu atau dua orang saja, sering kali anggota keluarga. Sementara UKM, khususnya yang sudah mencapai skala usaha menengah, biasanya sudah memiliki tenaga kerja tetap dalam jumlah yang lebih besar.
UKM yang berkembang bisa memiliki puluhan hingga ratusan karyawan, tergantung dari besar kecilnya usaha tersebut. Hal ini berbeda dengan usaha mikro yang biasanya lebih mengandalkan tenaga pemilik usaha itu sendiri.
Jenis usaha yang dijalankan oleh UMKM dan UKM juga bisa berbeda. UMKM lebih banyak bergerak di sektor informal, seperti perdagangan kaki lima, pertanian kecil-kecilan, atau kerajinan tangan rumahan. Sementara UKM lebih sering bergerak di sektor formal, seperti produksi barang atau jasa yang lebih terstruktur.
Namun, perlu diingat bahwa UMKM dan UKM bisa berada di berbagai sektor, baik formal maupun informal. Yang membedakan adalah skala dan modal usaha yang mereka miliki.
Kenapa sih kita perlu memahami perbedaan UKM dan UMKM? Salah satu alasannya adalah karena keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia.
UKM dan UMKM menciptakan lapangan kerja bagi jutaan orang di Indonesia. Di tengah kondisi ekonomi yang sering kali tidak stabil, usaha kecil dan menengah bisa menjadi penyelamat bagi banyak orang yang kehilangan pekerjaan atau ingin mencari penghasilan tambahan. Selain itu, UKM dan UMKM juga membantu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan menyediakan produk dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Banyak produk-produk lokal Indonesia yang berasal dari UKM dan UMKM, dan ini berkontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi nasional. Bahkan, UKM dan UMKM juga punya potensi besar untuk berkembang lebih jauh, apalagi dengan adanya dukungan teknologi.
Salah satu tantangan terbesar bagi UKM dan UMKM adalah bagaimana mengelola keuangan dengan baik. Banyak usaha kecil yang gagal karena mereka tidak memiliki sistem pengelolaan keuangan yang tepat. Di sini, teknologi bisa menjadi solusi.
Misalnya, Sobat bisa menggunakan aplikasi Moota untuk memantau arus kas dan mutasi rekening usaha. Dengan Moota, Sobat bisa melihat transaksi masuk dan keluar secara real-time, sehingga memudahkan untuk mengontrol keuangan usaha. Ini penting banget buat Sobat yang menjalankan usaha UMKM, agar usaha tetap berjalan lancar tanpa harus bingung masalah keuangan.
Nah, setelah paham perbedaan UKM dan UMKM, mungkin Sobat mulai tertarik buat memulai usaha sendiri. Jika iya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memulai usaha UMKM.
Langkah pertama adalah menentukan jenis usaha yang ingin Sobat jalankan. Apakah Sobat ingin bergerak di bidang kuliner, jasa, atau mungkin produksi barang? Pilih jenis usaha yang sesuai dengan minat dan kemampuan Sobat, serta memiliki prospek pasar yang bagus.
Setelah menentukan jenis usaha, langkah selanjutnya adalah menghitung modal awal yang dibutuhkan. Untuk usaha mikro, modal awal bisa sangat minim, mulai dari beberapa ratus ribu hingga jutaan rupiah saja. Pastikan Sobat memiliki rencana keuangan yang matang agar usaha bisa berjalan lancar.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pengelolaan keuangan adalah kunci sukses dalam menjalankan usaha UMKM. Jangan lupa untuk selalu mencatat pemasukan dan pengeluaran, serta memantau arus kas usaha. Dengan menggunakan aplikasi seperti Moota, Sobat bisa lebih mudah dalam mengelola keuangan dan fokus pada pengembangan usaha.
Teknologi bisa menjadi sahabat terbaik Sobat dalam mengembangkan usaha UMKM. Mulai dari pemasaran online, hingga pengelolaan keuangan, semua bisa dilakukan dengan bantuan teknologi. Sobat bisa memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produk, serta aplikasi keuangan untuk memantau bisnis secara real-time.
UKM dan UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia. Meskipun sering kali dianggap sama, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan, terutama dari segi skala usaha, modal, dan jumlah tenaga kerja. Baik UKM maupun UMKM sama-sama memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Jika Sobat ingin memulai usaha UMKM, pastikan untuk mengelola keuangan dengan baik, dan jangan ragu untuk memanfaatkan teknologi seperti Moota agar usaha bisa berkembang lebih pesat. Semoga artikel ini bisa membantu Sobat lebih memahami perbedaan UKM dan UMKM serta memberi inspirasi untuk memulai usaha sendiri!
Jadi, selamat berbisnis, baik Anda seorang pelaku UKM maupun UMKM! Semoga bisnis Anda terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi ekonomi Indonesia.
Halo Sobat! Lagi cari ide usaha modal kecil yang bisa dimulai dari rumah atau dengan modal terbatas? Kamu nggak sendirian! Banyak orang di Indonesia yang ingin memulai usaha tapi terkendala dengan modal yang terbatas. Tapi tenang, Sobat, karena ada banyak banget jenis usaha kecil dan menengah (UKM) yang bisa kamu jalankan dengan modal kecil, tapi tetap menjanjikan hasil yang menguntungkan.
Di artikel ini, kita akan membahas beberapa jenis usaha kecil yang bisa kamu coba di Indonesia, mulai dari kuliner, jasa, sampai bisnis online. Selain itu, kita juga akan membahas bagaimana cara memulai dan tips mengelola usaha agar tetap sukses. Jangan lupa, Sobat bisa juga memanfaatkan teknologi seperti Moota untuk memantau keuangan usaha kamu, lho! Yuk, kita mulai!
Sebelum kita masuk ke berbagai jenis usaha modal kecil, penting banget untuk tahu dulu apa sih yang dimaksud dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). UKM adalah jenis usaha yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok kecil dengan modal terbatas dan cakupan usaha yang relatif kecil. Biasanya, UKM melibatkan produk atau jasa yang dijual dalam skala lokal atau regional. Namun, bukan berarti UKM nggak bisa berkembang besar, ya!
Banyak perusahaan besar saat ini yang dulunya dimulai dari usaha kecil dengan modal yang minim. Jadi, siapa tahu, usaha kecil yang kamu mulai nanti bisa tumbuh jadi bisnis besar di masa depan.
Nah, kalau ngomongin usaha modal kecil, usaha kuliner pasti jadi salah satu yang paling banyak diminati, terutama di Indonesia. Kenapa? Karena makan itu kebutuhan pokok, dan selera makan orang Indonesia tuh kaya banget. Usaha kuliner bisa dimulai dari yang sederhana, seperti jualan jajanan, makanan rumahan, atau minuman kekinian.
Makanan ringan seperti keripik, kacang-kacangan, atau makanan olahan lainnya punya pasar yang luas. Modal yang dibutuhkan juga nggak besar. Kamu bisa mulai dengan memproduksi dalam skala kecil, lalu menjualnya lewat online atau menitipkan di warung-warung sekitar.
Minuman seperti boba, kopi susu, hingga jus sehat sedang jadi tren beberapa tahun terakhir. Sobat bisa coba bikin brand minuman kekinian sendiri dengan modal kecil, terutama jika kamu bisa menyiasati kemasan yang menarik dan rasa yang unik. Bahkan, usaha minuman ini bisa dijalankan dari rumah dengan sistem pre-order.
Untuk Sobat yang punya hobi memasak, usaha catering rumahan bisa jadi pilihan yang menjanjikan. Mulailah dengan skala kecil, seperti menerima pesanan untuk acara-acara kecil atau menawarkan menu harian sehat. Usaha ini bisa berkembang dengan cepat, terutama jika kamu memberikan pelayanan yang baik dan cita rasa yang enak.
Selain usaha kuliner, usaha jasa juga termasuk kategori usaha modal kecil yang cukup menjanjikan. Jasa biasanya tidak memerlukan modal besar, karena lebih mengandalkan keterampilan atau keahlian yang kamu miliki.
Saat ini, banyak orang yang punya sepatu branded dan ingin merawatnya dengan baik. Kamu bisa memulai usaha jasa cuci sepatu dengan modal kecil. Peralatan yang dibutuhkan juga sederhana, seperti sabun khusus sepatu, sikat, dan pengering. Asal punya teknik membersihkan yang tepat, usaha ini bisa sangat menguntungkan.
Kalau kamu punya skill desain, kamu bisa mulai usaha jasa desain grafis. Banyak bisnis kecil hingga perusahaan besar yang membutuhkan jasa desain untuk keperluan branding, seperti logo, brosur, atau konten media sosial. Kamu bisa mulai dengan menawarkan jasa lewat platform freelancer atau langsung ke teman-teman terdekat.
Jasa kebersihan rumah atau cleaning service juga bisa jadi pilihan usaha yang cocok buat Sobat yang tinggal di kota besar. Banyak keluarga yang sibuk dan nggak sempat membersihkan rumah sendiri. Modalnya nggak terlalu besar, dan kamu bisa mulai dari skala kecil.
Di era digital ini, usaha online semakin populer dan banyak diminati, terutama bagi yang ingin memulai usaha modal kecil. Kelebihan dari usaha online adalah kamu bisa menjalankannya dari mana saja, bahkan dari rumah, dan jangkauan pasar yang bisa sangat luas.
Membuka toko online bisa jadi salah satu pilihan usaha modal kecil yang sangat menjanjikan. Kamu bisa menjual produk apa saja, mulai dari pakaian, aksesoris, hingga produk handmade. Platform seperti marketplace atau media sosial memudahkan kamu untuk memulai usaha tanpa perlu menyewa toko fisik.
Untuk Sobat yang ingin memulai usaha online tapi nggak punya produk sendiri, bisnis dropship bisa jadi solusinya. Kamu hanya perlu mencari supplier, lalu memasarkan produknya lewat platform online. Keuntungannya, kamu nggak perlu stok barang, dan proses pengiriman dilakukan oleh supplier.
Jasa pembuatan website adalah usaha yang sangat dibutuhkan di era digital ini. Banyak UMKM hingga perusahaan besar yang membutuhkan website untuk memperluas jangkauan pasar mereka. Kalau kamu punya skill coding atau web development, usaha ini bisa dimulai dengan modal kecil dan potensi penghasilan yang cukup besar.
Industri kreatif juga semakin berkembang di Indonesia, dan banyak usaha kreatif yang bisa dimulai dengan modal kecil. Kuncinya adalah inovasi dan kreativitas, yang bisa membuat produk kamu berbeda dari yang lain.
Sobat punya bakat membuat kerajinan tangan? Mulai dari perhiasan, aksesoris, hingga barang-barang dekorasi rumah, semua bisa kamu jual secara online. Produk handmade memiliki pasar tersendiri, apalagi jika kamu bisa menawarkan keunikan dan kualitas yang baik.
Bisnis souvenir juga termasuk usaha modal kecil yang menjanjikan. Kamu bisa memulai dengan menjual souvenir untuk acara-acara tertentu, seperti pernikahan, ulang tahun, atau seminar. Cobalah tawarkan produk yang unik dan personal, agar lebih menarik minat konsumen.
Jika Sobat hobi fotografi, kamu bisa memanfaatkan skill ini untuk memulai usaha jasa fotografi. Nggak perlu langsung punya studio besar, kamu bisa mulai dengan jasa fotografi untuk acara-acara kecil atau foto produk. Modal awalnya cukup dengan kamera dan peralatan dasar fotografi.
Buat Sobat yang tinggal di daerah pedesaan, usaha agribisnis bisa jadi pilihan usaha modal kecil yang sangat menguntungkan. Pasar untuk produk pertanian dan peternakan selalu ada, dan kamu bisa mulai dari skala kecil.
Usaha budidaya ikan, seperti lele atau nila, bisa dimulai dengan modal kecil. Kamu hanya perlu kolam kecil di halaman rumah, dan bibit ikan yang bisa dibeli dengan harga terjangkau. Dalam beberapa bulan, kamu sudah bisa memanen ikan dan menjualnya ke pasar lokal.
Saat ini, semakin banyak orang yang peduli dengan gaya hidup sehat dan memilih untuk mengonsumsi sayuran organik. Jika Sobat punya lahan kecil di rumah, kamu bisa mencoba menanam sayuran organik dan menjualnya ke tetangga atau pasar sekitar. Modalnya kecil, tapi permintaannya cukup tinggi.
Beternak ayam kampung atau ayam petelur bisa menjadi usaha modal kecil yang sangat menguntungkan. Dengan perawatan yang tepat, ayam bisa menghasilkan telur atau daging yang bisa dijual ke pasar lokal. Ini termasuk usaha yang cukup stabil karena produk ternak selalu dibutuhkan oleh masyarakat.
Apapun jenis usaha modal kecil yang Sobat pilih, penting banget untuk bisa mengelola keuangan dengan baik. Banyak usaha yang gagal karena pemiliknya nggak bisa mengatur arus kas dengan benar. Di sini, Sobat bisa memanfaatkan teknologi seperti Moota, yang membantu memantau transaksi dan mutasi rekening secara real-time. Dengan aplikasi ini, Sobat bisa lebih mudah melihat alur pemasukan dan pengeluaran usaha, sehingga keuangan tetap sehat.
Memulai usaha modal kecil bukanlah hal yang mustahil. Banyak jenis usaha yang bisa Sobat jalankan dengan modal terbatas, mulai dari kuliner, jasa, hingga usaha online. Yang terpenting adalah Sobat punya komitmen untuk terus belajar dan berinovasi agar usaha bisa berkembang. Jangan lupa juga untuk selalu mengelola keuangan usaha dengan baik, agar bisnis Sobat bisa bertahan dan sukses di masa depan.
Jadi, sudah siap memulai usaha modal kecil Sobat?
Sobat, pernah dengar istilah kelas menengah? Mungkin terdengar akrab, ya. dimana masyarakat tersebut sering kali diidentikkan dengan mereka yang hidupnya sudah cukup stabil—punya rumah, mobil, pekerjaan tetap, dan sedikit tabungan untuk masa depan. Nah, kabarnya, ada kekhawatiran bahwa kelas menengah di Indonesia bisa terancam hilang. Serius, hilang? Bukan hal yang sepele, ini benar-benar masalah yang bisa berdampak besar bagi perekonomian dan kesejahteraan sosial kita. Yuk, akan moota bahas kupas tuntas soal ini!
Sebelum kita masuk ke dalam masalah yang lebih serius, ada baiknya kita pahami dulu definisi dari kelas menengah. Secara sederhana, kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang berada di antara kelas bawah dan kelas atas, baik dari segi pendapatan maupun gaya hidup. Mereka adalah orang-orang yang mungkin tidak terlalu kaya, tapi juga tidak kekurangan. Biasanya, mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan pokok seperti makan, tempat tinggal, dan pendidikan, serta punya sedikit sisa untuk kebutuhan hiburan atau investasi.
Di Indonesia, menurut Bank Dunia, mereka yang tergolong kelas menengah adalah individu yang berpenghasilan antara USD 3,20 hingga USD 10 per hari. Walaupun standar ini berbeda di setiap negara, umumnya kelas menengah adalah mereka yang hidup lebih nyaman daripada kelas bawah dan punya peluang lebih besar untuk naik ke kelas atas jika keadaan ekonomi mendukung.
Dimana masyarakat tersebut ini punya peran penting dalam perekonomian, Sobat. Mereka biasanya menjadi motor penggerak konsumsi dalam negeri, membeli barang dan jasa, serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Kelas menengah sering dianggap sebagai tulang punggung ekonomi. Mereka adalah konsumen utama yang mendorong roda perekonomian lewat belanja produk-produk sehari-hari, mulai dari kebutuhan rumah tangga hingga barang-barang sekunder seperti elektronik dan kendaraan. Tanpa kelas menengah, sektor ritel bisa lesu, industri bisa berhenti berproduksi, dan lapangan kerja bisa berkurang.
Selain itu, masyarakat tersebut juga berperan dalam stabilitas sosial. Biasanya, mereka yang berada di kelas ini memiliki akses yang lebih baik terhadap pendidikan dan kesehatan, yang berarti mereka lebih cenderung memiliki stabilitas dalam kehidupan sosialnya. Dengan kata lain, semakin banyak masyarakat yang tergolong masyarakat tersebut, semakin stabil dan sehat perekonomian suatu negara.
Namun, akhir-akhir ini muncul kekhawatiran bahwa masyarakat yang diposisi ini di Indonesia bisa terancam. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah ini, mulai dari krisis ekonomi global hingga ketimpangan pendapatan yang semakin tinggi.
Nah, apa sih yang sebenarnya mengancam keberadaan masyarakat tersebut di Indonesia? Berikut beberapa penyebab utamanya.
Nggak bisa dipungkiri, pandemi COVID-19 punya dampak yang luar biasa terhadap semua aspek kehidupan, termasuk perekonomian. Banyak bisnis tutup, angka pengangguran meningkat, dan pendapatan masyarakat menurun. dimana masyarakat tersebut yang biasanya merasa "aman" dalam hal keuangan pun terpaksa mengalami tekanan ekonomi.
Sebagian dari mereka kehilangan pekerjaan, sementara yang lainnya harus mengurangi pengeluaran dan mengandalkan tabungan untuk bertahan hidup. Dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu, banyak yang jatuh dari kelas menengah menjadi kelas bawah karena tidak mampu lagi mempertahankan gaya hidup atau menabung seperti sebelumnya.
Ketimpangan pendapatan juga menjadi salah satu ancaman terbesar bagi masyarakat tersebut. Selama beberapa dekade terakhir, kesenjangan antara si kaya dan si miskin di Indonesia terus meningkat. Sementara sebagian kecil masyarakat terus memperkaya diri, sebagian besar lainnya berjuang untuk sekadar memenuhi kebutuhan dasar.
masyarakat yang diposisi ini yang berada di tengah-tengah kesenjangan ini akhirnya semakin tertekan. Pendapatan mereka stagnan, sementara biaya hidup terus meningkat, terutama untuk kebutuhan seperti pendidikan, kesehatan, dan properti. Akibatnya, semakin sulit bagi mereka untuk mempertahankan status sebagai masyarakat tersebut.
Tingginya inflasi juga menjadi ancaman serius bagi kelas menengah. Inflasi membuat harga barang dan jasa terus naik, sehingga daya beli masyarakat menurun. Bagi masyarakat ini, yang pendapatannya mungkin tidak secepat kenaikan harga, ini bisa menjadi masalah besar.
Contoh paling nyata adalah kenaikan harga properti. Saat ini, memiliki rumah sendiri sudah menjadi impian yang semakin sulit dicapai oleh masyarakat ini di kota-kota besar. Dengan gaji yang tidak meningkat signifikan, banyak yang harus menunda atau bahkan menyerah untuk memiliki rumah, yang merupakan salah satu simbol kestabilan ekonomi kelas menengah.
Sobat, dengan berbagai tantangan yang dihadapi, mungkin muncul pertanyaan: apakah dimana masyarakat tersebut di Indonesia benar-benar akan hilang? Jawabannya tidak sesederhana itu. Meskipun ada ancaman, hilangnya kelas menengah bukanlah sesuatu yang tak terelakkan. Namun, jika tidak ada tindakan yang tepat dari pemerintah dan masyarakat, potensi ini bisa menjadi kenyataan.
Salah satu cara untuk melindungi masyarakat ini adalah dengan memperbaiki kebijakan ekonomi yang mendukung inklusi keuangan dan pengembangan sumber daya manusia. Pemerintah harus menciptakan lebih banyak lapangan kerja berkualitas, memberikan akses yang lebih luas terhadap pendidikan dan kesehatan yang terjangkau, serta memastikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk naik kelas sosial.
Selain itu, masyarakat ini juga harus lebih bijak dalam mengelola keuangan pribadi. Di tengah ketidakpastian ekonomi, menabung dan berinvestasi menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Mengelola pengeluaran dengan cermat dan mempersiapkan dana darurat bisa membantu kelas menengah bertahan dari guncangan ekonomi.
Ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh berbagai pihak untuk menjaga agar lapisan masyarakat ini tetap bertahan dan berkembang di Indonesia.
Salah satu kunci untuk mempertahankan kelas menengah adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan yang lebih baik, masyarakat bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik pula, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan daya beli mereka. Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap orang memiliki akses yang setara terhadap pendidikan berkualitas, tanpa memandang latar belakang ekonomi mereka.
Sebagai masyarakat perlu belajar untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka. Salah satu caranya adalah dengan mendorong mereka untuk menabung dan berinvestasi. Ini bukan hanya tentang menyimpan uang, tetapi juga tentang membuat uang "bekerja" untuk masa depan. Dengan berinvestasi, baik dalam saham, properti, atau bisnis, dimana masyarakat tersebut bisa melindungi diri dari inflasi dan ketidakpastian ekonomi.
Terakhir, pemerintah perlu menciptakan kebijakan ekonomi yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Ini termasuk menciptakan lapangan kerja yang berkualitas, memberikan insentif bagi pengusaha kecil dan menengah, serta menekan inflasi agar harga barang-barang pokok tetap terjangkau.
Kelas menengah di Indonesia memang menghadapi berbagai tantangan, mulai dari dampak pandemi, ketimpangan pendapatan, hingga inflasi yang tinggi. Meskipun ancaman ini nyata, masyarakat tersebut masih memiliki peluang untuk bertahan dan bahkan berkembang jika mereka mampu mengelola keuangan dengan bijak dan mendapat dukungan dari kebijakan pemerintah yang tepat.
Sobat moota, kelas menengah bukan hanya tentang pendapatan, tetapi juga tentang kesempatan untuk hidup yang lebih baik. Selama kesempatan itu masih ada, dimana masyarakat tersebut di Indonesia bisa tetap menjadi tulang punggung perekonomian yang kuat.
Mengelola keuangan lembaga pendidikan itu bukan perkara mudah, loh. Kalau Anda pernah terlibat dalam pengelolaan sekolah, universitas, atau lembaga pelatihan, Anda pasti tahu betapa rumitnya mengatur semua pemasukan dan pengeluaran. Mulai dari pembayaran SPP, gaji pegawai, dana bantuan, hingga biaya operasional lainnya, semuanya harus dikelola dengan hati-hati. maka perlu Solusi Kelola Keuangan khususnya untuk lembaga pendidikan di Indonesia ini.
Nah, jika semuanya dilakukan secara manual, tentu saja bakal memakan waktu dan rawan kesalahan, bukan? Untungnya, di era digital ini, ada berbagai solusi efektif untuk membantu lembaga pendidikan dalam mengelola keuangannya dengan lebih efisien. Salah satu Solusi Kelola Keuanganyang layak dipertimbangkan adalah Moota, yang menawarkan kemudahan dalam manajemen transaksi keuangan secara otomatis. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas masalah yang sering dihadapi lembaga pendidikan dalam mengelola keuangan dan bagaimana Moota bisa menjadi solusi efektif untuk mengatasinya.
Kita mulai dulu dari berbagai masalah yang sering terjadi dalam pengelolaan keuangan lembaga pendidikan. Beberapa hal ini mungkin sudah sangat akrab di telinga Anda, terutama jika Anda terlibat langsung dalam administrasi keuangan sekolah.
Bagi lembaga pendidikan, menerima pembayaran SPP dari ratusan bahkan ribuan siswa adalah rutinitas yang terjadi setiap bulan. Petugas administrasi biasanya harus mengecek rekening bank secara manual untuk memastikan pembayaran sudah masuk. Setelah itu, mereka masih harus mencatat secara manual dalam buku keuangan atau aplikasi lain. Proses ini tentunya memakan waktu, tenaga, dan sering kali rawan kesalahan.
Setiap lembaga pendidikan pasti memiliki banyak transaksi keuangan setiap harinya, baik itu pemasukan dari SPP, donasi, atau dana BOS, maupun pengeluaran untuk gaji pegawai dan operasional lainnya. Petugas keuangan harus memastikan bahwa semua transaksi tercatat dengan benar dan saldo rekening bank sesuai dengan catatan keuangan. Proses rekonsiliasi bank yang dilakukan secara manual ini bisa memakan waktu yang sangat lama, terutama jika ada banyak transaksi yang harus dicocokkan.
Lembaga pendidikan biasanya harus membuat laporan keuangan secara rutin untuk berbagai pihak, seperti yayasan, pemerintah, atau orang tua siswa. Membuat laporan ini bisa menjadi pekerjaan yang sangat memakan waktu, terutama jika dilakukan secara manual. Selain itu, risiko kesalahan dalam pencatatan transaksi bisa menyebabkan laporan keuangan menjadi tidak akurat, dan hal ini bisa menimbulkan masalah di kemudian hari.
Nah, setelah mengetahui berbagai masalah yang sering dihadapi, sekarang kita bahas solusinya. Salah satu solusi yang sangat membantu adalah Moota, platform yang dirancang khusus untuk memudahkan manajemen keuangan lembaga pendidikan dengan fitur-fitur otomatis yang sangat praktis. Dengan Moota, lembaga pendidikan bisa menghemat waktu, tenaga, dan tentunya mengurangi kesalahan dalam pencatatan transaksi keuangan.
Fitur pertama yang ditawarkan Moota adalah konfirmasi pembayaran SPP otomatis. Dengan fitur ini, lembaga pendidikan tidak perlu lagi melakukan pengecekan manual ke rekening bank setiap kali ada pembayaran masuk. Moota akan secara otomatis memeriksa transaksi dan mengirimkan konfirmasi pembayaran kepada siswa atau orang tua siswa. Ini jelas menghemat banyak waktu bagi petugas administrasi, sehingga mereka bisa fokus pada tugas lainnya yang juga penting.
Moota juga memungkinkan lembaga pendidikan untuk memonitor semua transaksi keuangan dalam satu tampilan. Petugas administrasi tidak perlu lagi bolak-balik login ke berbagai akun internet banking untuk memeriksa transaksi dari berbagai bank. Dengan Moota, semua transaksi bisa dilihat dalam satu dashboard yang mudah dipahami. Fitur ini tentu saja sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi kerja dan memudahkan proses monitoring keuangan.
Membuat laporan keuangan untuk yayasan atau pemerintah sering kali menjadi pekerjaan yang sangat melelahkan. Dengan Moota, petugas keuangan bisa membuat laporan dengan lebih cepat dan akurat. Semua transaksi yang tercatat di Moota menggunakan data real-time, sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam pencatatan. Selain itu, fitur ini memungkinkan petugas keuangan untuk membuat laporan yang sesuai dengan kebutuhan, tanpa harus menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengecek ulang setiap transaksi.
Mari kita lihat contoh nyata dari Nurul Imam Islamic School Karawang adalah salah satu Lembaga Pendidikan yang mencakup SD & PG-TK terbaik di Kota Karawang. Sekolah ini memiliki lebih dari 300+ siswa dan 50+ pegawai.
Sebelum menggunakan Moota, Nurul Imam Islamic School Karawang mengalami berbagai permasalahan dalam mengelola keuangannya. Petugas administrasi harus memeriksa rekening bank secara manual untuk mengetahui apakah pembayaran SPP sudah masuk. Jika sudah masuk, petugas administrasi harus mencatatnya secara manual di buku.
Hal ini bisa memakan waktu dan tenaga, serta rentan terjadi kesalahan. Selain itu, petugas administrasi juga harus melakukan rekonsiliasi bank secara manual untuk memastikan bahwa saldo rekening bank sesuai dengan catatan keuangan.
Setelah menggunakan Moota, Nurul Imam Islamic School Karawang merasakan berbagai manfaat. Konfirmasi pembayaran SPP menjadi otomatis, sehingga petugas administrasi tidak perlu lagi memeriksa rekening bank secara manual.
Selain itu, petugas administrasi juga dapat melihat semua transaksi keuangan dalam 1 tampilan. Hal ini memudahkan petugas administrasi untuk memantau semua transaksi keuangan sekolah.
Laporan keuangan yang dibuat dengan Moota juga lebih akurat dan mudah dibuat. Petugas administrasi tidak perlu lagi bolak-balik login ibanking untuk melihat transaksi keuangan.
Selain menggunakan Moota, ada beberapa tips lain yang bisa diterapkan oleh lembaga pendidikan untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan keuangan:
Mengelola keuangan lembaga pendidikan memang bukan tugas yang mudah, tapi dengan adanya teknologi seperti Moota, semuanya bisa menjadi lebih efisien dan akurat. Dari konfirmasi pembayaran SPP otomatis hingga pembuatan laporan keuangan yang mudah, Moota menawarkan solusi efektif untuk berbagai permasalahan dalam pengelolaan keuangan lembaga pendidikan.
Jadi, jika Anda sedang mencari solusi efektif kelola keuangan untuk lembaga pendidikan Anda, tidak ada salahnya mencoba Moota. Dengan berbagai fitur yang ditawarkannya, Moota bisa membantu lembaga pendidikan Anda menghemat waktu, tenaga, dan meningkatkan akurasi dalam pencatatan keuangan. Jangan ragu untuk memanfaatkan teknologi demi kemajuan lembaga pendidikan Anda!
Belanja itu menyenangkan, setuju? Rasanya asyik banget ketika kita bisa membeli barang yang diinginkan. Tapi, ada satu hal yang sering kita nggak sadari—belanja juga bisa jadi cara pelarian dari stres. Fenomena ini sering disebut doom spending. Belanja di saat stres bisa memberikan kepuasan sementara, tapi pada akhirnya justru bikin masalah finansial semakin runyam.
Kita bakal bahas lebih dalam soal apa itu doom spending, kenapa orang melakukannya, dampaknya terhadap keuangan, dan pastinya, gimana cara menghindari kebiasaan ini. Jadi, buat Sobat yang mungkin pernah atau bahkan sering ngalamin momen “kok tiba-tiba saldo berkurang banyak ya?”, simak artikel ini sampai selesai ya!
Doom spending adalah kebiasaan belanja berlebihan yang sering terjadi ketika seseorang merasa cemas, stres, atau tidak nyaman secara emosional. Secara singkat, orang akan mencari kenyamanan melalui belanja saat berada dalam kondisi psikologis yang kurang baik. Belanja ini biasanya tidak terencana dan dilakukan tanpa pertimbangan matang, sehingga barang-barang yang dibeli sering kali bukan kebutuhan utama, bahkan terkadang nggak penting sama sekali.
Bayangin situasi kayak gini: kamu habis kerja lembur semalaman, stres karena deadline mepet, terus tiba-tiba buka aplikasi belanja online. Lihat diskon gede-gedean, langsung aja checkout barang yang nggak direncanakan. Mungkin saat itu kamu mikir, "Yaudah deh, ini buat ngurangin stres." Padahal, tanpa disadari kamu sedang melakukan doom spending.
Kenapa kita bisa terjebak dalam kebiasaan doom spending? Sebenernya ada beberapa faktor yang bikin hal ini sering terjadi, terutama dalam kondisi mental dan sosial kita.
Stres sering jadi pemicu utama seseorang melakukan doom spending. Ketika merasa tertekan atau cemas, orang mencari cara untuk meredakan perasaan negatif tersebut. Belanja menjadi solusi instan karena memberikan perasaan senang dan puas sesaat. Tapi, efeknya hanya sementara dan tidak menyelesaikan akar masalah.
Belanja memicu otak kita melepaskan dopamin, zat kimia yang berhubungan dengan perasaan senang. Karena itulah, setelah belanja, kita merasa bahagia dan puas. Tapi sayangnya, kebahagiaan ini nggak bertahan lama, dan ketika perasaan stres muncul lagi, kita cenderung melakukan hal yang sama: belanja lagi.
Selain faktor psikologis, faktor sosial seperti FOMO juga sering jadi alasan orang melakukan doom spending. Ketika kita melihat teman atau influencer di media sosial membeli barang-barang tertentu, kita jadi tergoda untuk ikut-ikutan. Kita merasa takut ketinggalan tren atau diskon besar, akhirnya belanja tanpa berpikir panjang.
Teknologi juga punya peran besar dalam memfasilitasi doom spending. Akses mudah ke aplikasi belanja online, notifikasi diskon, dan program loyalty yang menggoda bikin kita makin sulit menahan godaan untuk belanja. Belum lagi, adanya fitur one-click purchase yang membuat belanja semakin cepat tanpa perlu berpikir ulang.
Walaupun belanja bisa memberikan kepuasan jangka pendek, doom spending punya dampak negatif yang nggak bisa diabaikan. Dampaknya bukan cuma ke kondisi finansial, tapi juga kesehatan mental.
Dampak paling nyata dari doom spending adalah keuangan yang berantakan. Karena belanja dilakukan tanpa rencana dan tanpa mempertimbangkan anggaran, kamu bisa tiba-tiba kaget melihat saldo rekening yang menipis atau tagihan kartu kredit yang membengkak. Kebiasaan ini, jika terus dibiarkan, bisa membuat kamu sulit menabung dan bahkan terjerumus dalam utang.
Setelah puas belanja, perasaan senang itu cuma sesaat. Yang tersisa justru penyesalan, apalagi ketika sadar bahwa barang-barang yang dibeli nggak benar-benar dibutuhkan. Stres karena kondisi finansial yang terpuruk juga bakal muncul, dan siklus ini bisa terus berulang: stres – belanja – stres lagi karena uang habis.
Kebiasaan doom spending juga bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. Ketika kamu terus-menerus mengandalkan belanja untuk meredakan stres atau kecemasan, kamu nggak benar-benar menyelesaikan masalah emosional yang mendasarinya. Akibatnya, kamu bisa merasa semakin terjebak dalam perasaan cemas atau bahkan depresi.
Untungnya, doom spending bukan sesuatu yang nggak bisa diatasi. Dengan beberapa langkah sederhana, kamu bisa mulai mengontrol kebiasaan belanja impulsif ini dan menjaga kesehatan finansial serta mentalmu tetap stabil.
Langkah pertama untuk mengatasi doom spending adalah menyadari pemicu emosional yang membuat kamu ingin belanja. Apakah kamu belanja saat sedang stres, bosan, atau cemas? Cobalah untuk lebih introspektif dan cari tahu apa yang membuat kamu tergoda untuk mengeluarkan uang secara impulsif.
Membuat anggaran belanja bisa jadi langkah efektif untuk mengontrol pengeluaran. Tetapkan batasan untuk belanja setiap bulannya, dan disiplinlah dalam mengikuti anggaran tersebut. Dengan cara ini, kamu bisa tetap menikmati belanja tanpa harus khawatir kondisi keuanganmu terancam.
Notifikasi diskon, promosi, atau email marketing bisa jadi godaan yang sulit ditolak. Untuk itu, cobalah untuk unsubscribe dari newsletter atau notifikasi toko online yang sering membuat kamu tergoda untuk belanja. Selain itu, hapus aplikasi belanja dari ponselmu jika dirasa perlu.
Karena doom spending sering terjadi saat seseorang mencari pelarian dari stres, kamu perlu menemukan cara lain yang lebih sehat untuk meredakan stres. Misalnya, kamu bisa mencoba meditasi, berolahraga, atau menulis jurnal. Aktivitas-aktivitas ini bisa membantu menenangkan pikiran tanpa harus merusak dompet.
Setiap kali kamu merasa ingin membeli sesuatu, berhenti sejenak dan tanyakan pada dirimu sendiri: apakah barang ini benar-benar aku butuhkan? Apakah aku bisa hidup tanpanya? Latih diri untuk lebih bijak dalam membuat keputusan belanja agar kamu nggak terjebak dalam kebiasaan doom spending.
Salah satu trik lain yang bisa kamu coba adalah membuat wishlist. Jadi, ketika kamu merasa ingin belanja, masukkan barang-barang yang kamu inginkan ke dalam daftar wishlist. Tunggu beberapa hari atau minggu sebelum memutuskan untuk membelinya. Dengan cara ini, kamu bisa menilai lagi apakah barang tersebut benar-benar penting atau hanya keinginan sesaat.
Doom spending memang bisa memberikan kebahagiaan sementara, tapi efek jangka panjangnya bisa sangat merugikan, terutama bagi keuangan dan kesehatan mental kita. Jadi, mulai sekarang coba lebih sadar akan kebiasaan belanjamu dan temukan cara yang lebih sehat untuk mengatasi stres.
Ingat, belanja itu boleh-boleh aja kok, asal dilakukan dengan bijak dan sesuai dengan kebutuhan. Nggak ada salahnya buat sesekali memanjakan diri, tapi jangan sampai kebiasaan belanja berlebihan ini malah merusak kondisi finansialmu, ya!
Nih, Sobat Cuan! Sekarang kita masuk ke bagian ke 2 yaitu eksekusi dari kampanye 'social listening' di artikel ‘Social Listening’ #1 - Pengertian dan Persiapan - Moota.co. Pertama-tama, mari kita buat Google Alerts.
Jadi begini, Sobat Cuan, Google Alerts tuh kayaknya pake mesin pencari yang sama dengan Google Search, jadi dia bisa nyariin kata-kata yang kita atur. Kalo Sobat Cuan mau ngerakit kampanye social listening pake Google Alerts, ikutin langkah-langkah simpel ini:
Jadi, Sobat Cuan, Google Alerts kan gratis dan bisa dipake buat pribadi atau bisnis. Tapi, kalo mau yang lebih hebat, Sobat Cuan bisa coba Hootsuite. Ini platform manajemen media sosial yang keren banget.
Dengan Hootsuite, Sobat Cuan gak cuma dengerin omongan orang tentang brand Sobat Cuan, tapi juga bisa atur percakapan, jawab langsung dari satu platform, bahkan posting dan analisis media sosial.
Jadi gini cara set up-nya, Sobat Cuan:
(Sumber: Hootsuite)
Hubungin jaringan sosial yang Sobat Cuan mau, ikutin aja langkah-langkahnya. Biasanya Sobat Cuan bakal diminta buat login dengan akun bisnis Sobat Cuan.
(Sumber: Hootsuite)
Ulangin buat semua jaringan sosial yang Sobat Cuan mau pantengin.
(Sumber: Hootsuite)
Oke, Sobat Cuan, sekarang kita bahas gimana caranya ngatur penyebutan yang ada di media sosial. Nah, strategi 'social listening' kita harus termasuk manajemen penyebutan yang lagi hot banget.
Kami saranin biar lebih rapi, Sobat Cuan bisa kelompokin penyebutan-penyebutan itu ke dalam "ember" yang berbeda, sesuai sama sifatnya. Jadi gampang nih, buat ngasih tugas ke orang yang paling cocok untuk nanganinnya.
Ini dia jenis-jenis penyebutan yang bisa Sobat Cuan kelompokin:
Setelah kita kelompokin, kita juga harus atur prosedur yang jelas buat tiap-tiap kelompok itu. Nih, kami kasih contoh, tapi Sobat Cuan bisa modifikasi sesuai kebutuhan bisnis atau tim Sobat Cuan ya:
Nah, Sobat Cuan, buat yang lebih rapi lagi, Sobat Cuan bisa bikin dokumentasi internal. Kumpulin pertanyaan-pertanyaan umum itu, terus tulis jawaban-jawaban terbaiknya. Kalo perlu, Sobat Cuan bisa bikin sumber daya di situs web atau dokumentasi dukungan buat bantuin pelanggan.
Trus, Sobat Cuan bisa bagi-bagi tugas ke anggota timnya juga, lho. Hootsuite bisa bantu Sobat Cuan nge-tugas-tugas gitu. Misalnya, Sobat Cuan bisa tugasin semua tweet negatif sama keluhan pelanggan ke spesialis layanan pelanggan.
Cukup klik tanda tambah di bawah penyebutan sosial yang mau ditugaskan, terus pilih anggota timnya. Dan Sobat Cuan sama tim Sobat Cuan juga bisa langsung balas dari platform Hootsuite, lho. Gampang kan?
Pertama-tama, Sobat, mari kita bahas apa itu kampanye 'social listening'. Jadi, ini adalah serangkaian langkah untuk mengidentifikasi, mengkategorikan, dan mengoperasionalisasi cara kita berinteraksi dengan sebutan sosial secara efektif. Penting banget nih dalam strategi pemasaran digital, karena bisa bantu kita memahami dan merespons tren serta percakapan yang lagi rame di media sosial.
Tujuan:
Jadi, apa tujuan utamanya? Tentu, kita mau menyiapkan kampanye 'social listening' yang bisa mengidentifikasi, mengkategorikan, dan mengoperasikan cara kita menangani sebutan sosial secara paling efektif. Kenapa? Supaya kita bisa tahu apa yang lagi dibicarakan orang tentang merek kita di media sosial dan bisa bertindak sesuai dengan itu.
Hasil Ideal:
Jelasnya, dengan kampanye ini, kita bisa lebih baik dalam memberikan dukungan pelanggan dan membuat keputusan bisnis yang lebih terinformasi. Mantap kan?
Mengapa Ini Penting:
Menyiapkan kampanye social listening akan membantu Anda menawarkan dukungan pelanggan yang lebih baik, serta membuat keputusan bisnis yang lebih terinformasi, berdasarkan apa yang dikatakan klien, calon klien, dan orang-orang di industri Anda tentang perusahaan Anda.
Dimana Dilakukan:
Di Google Alerts atau Hootsuite, tergantung pada sumber daya keuangan yang Anda siapkan untuk ini.
Kapan Ini Dilakukan:
Semakin cepat, semakin baik.
Siapa yang Melakukannya:
Anda, Manajer Media Sosial Anda, atau Asisten Virtual Anda.
Oke, sekarang kita masuk ke pengaturan awal. Pertama-tama, pastikan kamu punya akses ke akun media sosial perusahaanmu. Nanti bakal kita gunain buat menghubungkan alat pemantauan kita dan juga buat menjawab sebutan sosial. Nah, selanjutnya, kita harus tentuin alat mana yang mau kita pake. Misalnya, buat contoh, kita bakal bahas pengaturan kampanye social listening pake dua alat: yang gratis, Google Alerts, dan yang berbayar, Hootsuite. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, jadi kita harus pilih yang paling cocok dengan kebutuhan kita.
Untuk di arikel ini, kami akan memberikan contoh pengaturan kampanye social listening menggunakan dua alat: yang gratis (Google Alerts), dan yang berbayar (Hootsuite). Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan untuk masing-masing alat ini:
Kelebihan:
Kekurangan:
Kelebihan:
Kekurangan:
Dengan persiapan yang matang untuk kampanye 'social listening', Anda telah mengambil langkah awal yang penting dalam memahami dan merespons tren serta percakapan yang terjadi di media sosial. Melalui identifikasi, pengkategorian, dan operasionalisasi cara perusahaan Anda berinteraksi dengan penyebutan sosial secara efektif, Anda telah membuka pintu bagi pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang dikatakan orang tentang merek Anda di media sosial.
teruslah mengikuti seri artikel dari Moota ini untuk mendapatkan wawasan lebih lanjut tentang bagaimana Anda dapat mengoptimalkan kampanye 'social listening' Anda. Nantikan bagian selanjutnya!
Halo, Sobat Cuan! Ayo kita bahas bagaimana cara memulai kalender media sosial untuk bisnis Anda. Dengan kalender ini, Anda tak perlu lagi kebingungan apa yang harus diposting hari ini atau besok. Semuanya akan lebih terorganisir dan tidak akan membuat Anda pusing.
Tujuan kita adalah untuk membuat kalender media sosial agar Anda bisa merencanakan dan memantau aktivitas media sosial bisnis Anda.
Dengan begitu, Anda tidak akan lagi bertanya-tanya, "Hey guys, apa yang mau kita posting di Facebook hari ini?" atau "Di mana kita harus posting ini?" Tujuan kita adalah untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan semacam itu.
Anda hanya perlu memiliki akun media sosial dan akses ke Google Sheets. Selain itu, kesabaran dan ketelitian juga sangat penting, ya. 😊
Semua upaya pemasaran digital harus terencana dengan baik. Anda harus mengetahui apa yang ingin Anda posting, kapan, dan di mana. Jadi, mari kita mulai membuat kalender media sosial sendiri!
Jadi, ketika Anda memutuskan untuk memulai pemasaran di media sosial, pertimbangkan untuk menggunakan kalender sebelum memposting. Anda hanya perlu membuat kalender sekali, tetapi kami merekomendasikan membuat salinan baru setiap minggu.
Jika tidak, kemungkinan kalender akan terlalu padat, terutama jika Anda memposting setiap hari di lebih dari satu saluran media sosial.
Setelah Anda menyiapkan kalender, cukup perbarui saat Anda pergi. Ini seharusnya tidak memakan waktu lebih dari 5-10 menit per hari, terutama jika Anda sudah memiliki konten yang ingin Anda posting.
Anda, Manajer Media Sosial Anda, atau Manajer Komunitas.
Setelah kita membahas tentang tujuannya, sekarang fokus pada langkah-langkahnya. Siap? Yuk, kita bahas!
Setiap bisnis memiliki karakteristik yang berbeda, bukan? Begitu juga dengan konten yang ingin Anda posting di media sosial. Karena itu, Anda dapat menyesuaikan template yang kami buat dengan kebutuhan bisnis Anda.
Cara mengeditnya:
Yuk, mari kita isi template ini! Caranya sangat mudah. Ada beberapa kolom yang harus Anda isi:
Ingat, kita bikin kalender ini biar semuanya lebih teratur dan nggak bingung lagi, ya! 😊