Beberapa orang memulai bisnis online karena berbagai alasan. Bisa jadi anda memulai sebuah bisnis online karena merasa bahwa penghasilan utama anda di kantor tidak mencukupi, bisa juga memulainya karena merasa ingin mengikuti trend dan sebagainya. Lebih dari itu, di sini saya mencoba untuk berbagi Tips menjalankan Bisnis Sampingan Melalui Bisnis Online yang terbukti efektif dan menjadi andalan. Bukan tak mungkin usaha sampingan ini bisa dijadikan bisnis utama anda.
Ada banyak pebisnis online yang telah sukses menjalankan bisnisnya ini. Kita bisa mempelajari kesuksesan mereka. Dan mengenai pilihan bisnis, ada berbagai niche bisnis online yang bisa dijalankan. Tentu jenis bisnis online yang dipilih harus yang realistis dan secepatnya dirintis dari nol.
Ketika mulai berpikir untuk menjalankan bisnis online anda mulai berpikir tentang produk apa yang ingin dijual. Layaknya usaha dagang offline, berjualan online pun memerlukan produk tertentu untuk dijual. Produk tersebut bisa diriset, dan merupakan sebuah produk yang laku dipasaran karena dicari orang banyak. Inspirasi mengenai masalah ini bisa diperoleh dari keluarga atau teman ketika sedang berkumpul. Cobalah dengar apa yang diutarakan oleh masing-masing dari mereka. Setelah itu cobalah mencari di mana produk tersebut bisa diperoleh, kalau bisa dapatkan supplier yang memberi harga murah. Di tahap permulaan ini, cobalah untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh publik.
Mendapatkan info soal pilihan produk dari keluarga dan teman sangat inspiratif. Namun jika anda tak punya banyak waktu untuk ngobrol-ngobrol, bisa juga meriset produk dengan kata kunci di mesin pencari. Dalam hal ini bisa dicoba mencari produk dengan kata kunci. Semakin banyak orang yang mencari sebuah produk, itu berarti produk itulah yang anda butuhkan. Kendati begitu harus diingat bahwa memasarkan produk tersebut tidak akan mudah karena sudah ada kompetitornya. Sebagai antisipasi, anda bisa memilih dua jenis produk yang sifatnya durable, ngetren, dan long time. Produk itu harus selalu dibutuhkan oleh konsumen.
Anda sangat beruntung sekali jika melek teknologi. Teknologi digital saat ini memudahkan banyak orang untuk mencari berbagai informasi. Kini kita bisa dengan mudah mencari produk up to date untuk selanjutnya dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan. Soal pilihan sistem jual beli yang kini sedang digandrungi adalah sistem dropship. Sistem dropship tak mengharuskan seorang dropshipper untuk menyetok barang atau memproses barang ketika muncul orderan. Semua itu akan dihandle oleh supplier, bahkan hingga pengepakan dan pengiriman barang.
Kalau anda menginginkan bisnis online yang bisa survive dalam berbagai kondisi dan tidak sepenuhnya mengandalkan sistem dropship. Anda bisa membangun sebuah website di mana anda bisa menyetok sendiri barang di rumah dan mengurus sendiri pengemasan hingga pengiriman barang. Di mata konsumen, sistem ini bisa menjadikan anda terlihat lebih kredibel. Untuk keperluan ini mulailah membangun sebuah website sebagai etalase barang anda di dunia online. Website itu hampir mirip dengan SPG online yang terus menawarkan barang anda tanpa henti kepada pembeli potensial.
Ketika anda selesai membangun website online shop di dunia maya, kini tiba waktu untuk mengnformasikan perihal website itu kepada khalayak. Percuma saja anda membangun sebuah website dengan biaya besar jika tak seorang pun tahu bahwa website anda itu ada. Hadirnya berbagai media sosial dewasa ini adalah berkah tersendiri untuk anda karena bisa menjadi media promosi gratis. Silakan memakai media sosial sebagai tempat promosi andalan yang menguntungkan.
Prinsip atau Hukum Pareto diinisiasi oleh Vilfredo Pareto, seorang ekonom asal italia, di tahun 1906. Ia mendapati bahwa di italia, kepemilikan tanah di Italia, hingga 80% dimiliki oleh sekitar 20% dari populasi di Italia. Daripada itu, Pareto mengembangkan prinsip-prinsipnya dengan asumsi bahwa hampir sebanyak 20% dari kacang polong di kebunnya mengandung 80% keseluruhan dari semua kacang polong. Dan dalam perjalanannya nanti, dikenallah prinsip 80:20 pada tahun 1940 sebagai sebuah distribusi dari hukum kekuatan khusus, kita mengenalnya dengan istilah hukum pareto yang analisis-analisis nya didasarkan pada kualitas hingga cacat produksi yang diperkenalkan oleh Joseph M. Juran, seorang konsultan.
Dalam Teori Pareto dikatakan bahwa untuk banyak kejadian, hingga 80% dari efek yang diperoleh, 20% dikarenakan oleh penyebabnya sehingga dikenal juga dengan aturan 80-20. Joseph M. Juran dikenal sebagai orang pertama yang mengajukan prinsip ini yang menamakan prinsipnya berdasarkan pemikiran ekonomi Italia, Vilfredo Pareto yang di tahun 1906 melakukan pengamatan bahwa 20% dari seluruh populasi menjadi pemegang pendapatan di Italia, hingga 80%. Tetapi dalam realitasnya, terdapat sejumlah faktor di dunia bisnis yang menjadikan teori ini sangat solid. Kendati begitu kita tidak boleh begitu saja mengaplikasikan semua itu pada aktivitas yang kita lakukan. Simak saja contoh berikut ini :
Sekarang cobalah anda bertanya pada seorang manajer makanan dan minuman di sebuah restoran tentang menu yang paling diminati (paling laku), di restorannya itu. Boleh jadi, dari seluruh menu di situ, secara rata-rata, hanya 20% nya saja yang laku keras terjual. Dan istimewanya lagi, ke 20% dari menu itu menjadi penyumbang pemasukan terbesar bahkan hingga 80% dari seluruh pendapatan di restoran itu.
Nah kini anda bisa mencoba mengecek sendiri market share anda. Boleh jadi total 20% dari semua pelanggan anda mengasilkan total pendapatan anda.
Anda bisa melakukan aktivitas promosi yang sangat beragam mulai dari berpromosi di radio, di Koran, memasang billboard, flier, dan lain-lain. Selebihnya anda bisa mencatat atau membuat statistik yang menjelaskan sumber traffic (tamu) sebagai sumber informasi di mana konsumen mendapatkan info mengenai usaha anda. Bukan tak mungkin, hingga 80% dari para tamu itu akan merujuk pada satu hingga dua dari aktifitas advertising anda yang ketika anda coba bandingkan hanya mewakili 20% dari seluruh kegiatan promosi anda.
Sama halnya dengan sumber traffic di website bisnis anda. Tak jarang kita menemukan dalam log kita, hanya sebanyak 20% dari seluruh keyword yang tersedia yang berkonstribusi prositif terhadap share traffic kita (sebanyak hingga 80%).
Tapi kendati begitu, kita berhipotesis sekali lagi bahwa secara harfiah, teori ini tak bisa anda artikan begitu saja. Semisal jika kita katakana bahwa sebanyak 20% karyawan melakukan 80% pekerjaan. Ketika anda meyakini fakta dari teori ini secara membabi buta, itu akan membuat dinamika kerja perusahaan terganggu. Boleh jadi KPI (Key ferformance indicator) menjadi alat ukur yang lebih sesuai.Kita tidak mempunyai hak untuk menghakimi bahwa teori pareto yang telah banyak diterapkan sebagai sesuatu yang valid selain sebagai upaya efisiensi semata. Semisal di beberapa manajemen dan aplikasinya, sering digunakan hukum pareto dan ternyata berhasil. Semisal ketika sepuluh aktivitas yang mutlak perlu dilakukan dibuat dalam rangka menambah kontrol kualitas (quality control), maka hanya dua saja dar sepuluh daftar aktifitas tadi yang kita gunakan.
Menjadi orang dewasa berarti kita memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Termasuk dalam hal tanggung jawab keuangan. Kita kini bertanggung jawab untuk tidak lagi tergantung kepada orang tua. Otimatis kita harus melirik beberapa peluang bisnis antara lain dengan menjadi reseller atau dropshipper. Secara umum baik reseller maupun dropshipper ada persamaannya, keduanya merujuk ke usaha dagang. Banyak dilakukan sebagai usaha sampingan. Meski begitu, dua istilah ini ternyata banyak bedanya lho. Dan dalam postingan ini kita sengaja membahas Perbedaan Reseller dan Dropshipper. Apa perbedaan spesifiknya, simak penjelasannya berikut ini :
Cara kerja dari sistem bisnis ini bisa menjadi pembeda yang spesifik. Bisa dikatakan usaha reseller itu serupa dengan pedagang. Reseller harus terlebih dulu membeli barang/nyetok barang dengan cara membeli dari supplier, setelah itu menjualnya kepada konsumen. Beda halnya dengan dropshipper yang bekerja dengan menawarkan dulu barang kepada konsumen, baru nanti setelah ada orderan masuk, pemesanannya diberikan langsung ke distributor atau supplier. Nantinya supplier atau distributor itulah yang mengurus orderan itu lalu mengirim barangnya ke konsumen.
Dari segi modal, tentu saja dropshipper lebih unggul karena sama sekali tidak memerlukan modal. Alasannya karena seorang dropshipper hanya bertugas menawarkan barang saja kepada konsumen tanpa harus membelinya. Berbeda dengan reseller di mana ketika memulai menjalankan bisnisnya memerlukan sejumlah modal untuk membeli barang.
Menyimak perbedaan antara reseller dengan dropshipper dari segi keuntungan adalah pembahasan yang menarik. Dalam hal ini tentu seorang reseller memiliki kemungkinan untuk mendapat untung lebih besar karena bisa membeli barang dengan harga sangat murah untuk kemudian dijual dengan harga mahal sesuka hatinya. Beda halnya dengan dropshipper di mana harga barang sudah dipatok oleh penjual sehingga margin keuntungannya terbatas.
Bekerja menjadi reseller atau dropshipper tak berarti bahwa di sini tidak ada resikonya. Dua pekerjaan ini memiliki beberapa konsekuensi. Semisal ketika seorang dropshipper mendapatkan orderan dalam jumlah banyak namun setelah dikonfirmasikan ke supplier atau distributor ternyata stok barang sedang tidak ada. Begitu pula dengan reseller yang bisa menghadapi resiko, namun berbeda dengan dropshipper. Stok barang yang dimiliki oleh reseller bisa saja tidak laku dalam waktu lama hingga beberapa bulan sebelum ada orderan masuk dan barangnya itu terjual.
Antara reseller dengan dropshipper sistem pelayanannya kepada konsumen tentu tidak sama. Seorang reseller ketika mendapat pesanan barang, ia akan bekerja sendiri memproses pesanan tersebut dengan mengepak sendiri, lalu mengirim sendiri barang pesanan tersebut ke tukang paket. Dalam hal ini pengemasan hingga biaya kirim menjadi urusan dari reseller tersebut. Beda halnya dengan dropshipper di mana ketika terdapat pesanan barang, ia akan menyerahkan list orderan barang itu kepada supplier atau dropshipper. Dalam hal ini masalah pengemasan barang dan pengiriman barang pun menjadi tanggung jawab supplier.
Oke itu tadi Perbedaan Reseller dan Dropshipper yang bisa saya sampaikan di sini. Semoga dengan membaca artikel ini anda bisa menentukan pekerjaan mana yang cocok untuk anda pilih. Lebih dari itu, pastikan juga bahwa anda sudah siap dengan semua konsekuensi dari masing-masing pekerjaan ini.